Tuesday, May 28, 2019

I’JAZ AL-QUR’AN

0 Comments
I’JAZ AL-QUR’AN
MENCAKUP DEFINISI DAN ASPEK-ASPEK KUMUKJIZATAN AL-QUR’AN

Salah satu objek penting lainya dalam kajian ‘Ulumul Qur’an’ adalah perbincangan mengenai mukjizat. Persoalan mukjizat, terutama mukjizat Al-Qur’an , yang sempat menyeret para teolog klasik dalam perdebatan yang berkepenjangan, terutama antara teolog dari kalangan Mu’tazilah dan para teolog dari kalangan Ahlussunnah mengenai konsep shirfah.

Dengan perantara mukjizat, Allah mengingatkan manusia bahwa para rasul itu merupakan utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang telah diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu memainkan perananya dan membentengi diri dari kepandaian kaumnya yang juga untuk membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu berada diatas segala-galanya.

Tuntunan dan pengarahan yang ditunjukan pada suatu umat harus berkaitan dengan pengetahuan mereka karena Allah tidak akan mengarahkan suatu umat pada hal-hal yang tidak mereka ketahui. Tujuanya adalah agar tuntunan dan pengarahan Allah bermakna. Disitulah letak mukjizat yang telah diberikan kepada para Nabi.

Setiap Nabi yang diutus allah selalu dibekali mukjizat. Diantara fungsi mukjizat adalah menyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap apa yang dibawa oleh nabi tersebut. Pada hakikatnya, mukjizat bersifat menantang, baik secara tegas ataupun tidak. Oleh karena itu, tantangang yang diberikan harus dimengerti oleh yang ditantang. Jenis mukjizat yang diberikan kepada Nabi pun selalu disesuaikan dengan keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan mematikan bagi masyarakat yang menentang.


Pengertian I’jaz (Kemukjizatan)

Menurut bahasa Kata I’jaz adalah isim mashdar dari ‘ajaza-yu’jizu-i’jazan yang mempunyai arti “ketidakberdayaan atau keluputan” (naqid al-hazm). Kata i’jaz juga berarti “terwujudnya ketidakmampuan”, seperti dalam contoh: a’jaztu zaidan “aku mendapati Zaid tidak mampu". Sedangkan menurut Istilah I’jaz merupakan Penampakan kebenaran pengklaiman kerasulan nabi Muhammad SAW dalam ketidakmampuan orang Arab untuk menandingi mukjizat nabi yang abadi, yaitu al-Quran. Serta Perbuatan seseorang pengklaim bahwa ia menjalankan fungsi ilahiyah dengan cara melanggar ketentuan hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya dan bersaksi akan kebenaran klaimnya.


Namun Mukjizat adalah Sebuah perkara luar biasa (khoriqun lil ‘adah) yang disertai tantangan (untuk menirunya), yang Selamat dari pengingkaran, dan muncul pada diri seorang yang mengaku nabi menguatkan /menyesuaikan dakwahnya. Ada beberapa syarat mukjizat, yaitu:


Hal yang di luar kebiasaan : seperti tongkat berubah ular, menghidupkan orang mati, dll


Disertai Tantangan : untuk meniru, agar mereka yang ditantang merasa 'tidak mampu' untuk kemudian mengakui bahwa itu dari Allah SWT


Selamat dari pengingkaran : artinya tantangan itu berupa sebuah tantangan yang layak bukan sesuatu yang tidak masuk akal. Misalnya : tantangan membuat Al-Quran untuk orang Arab yg berbahasa Arab, bukan untuk orang Jawa.


Muncul dari Nabi : untuk menguatkan risalah kenabiannya, jika bukan dari nabi biasa disebut dengan Karomah.





2. Pembagian Jenis Mukjizat dan Hikmahnya


Secara umum mukjizat dapat digolongkan menjadi dua klasifikasi, yaitu:
a) Mu’jizat Indrawi (Hissiyyah)
Mukjizat jenis ini diderivasikan pada kekuatan yang muncul dari segi fisik yang mengisyaratkan adanya kesaktian seorang nabi. Secara umum dapat diambil contoh adalah mukjizat nabi Musa dapat membelah lautan, mukjizat nabi Daud dapat melunakkan besi serta mukjizat nabi-nabi dari bani Israil yang lain.


b) Mukjizat Rasional (’aqliyah)
Mukjizat ini tentunya sesuai dengan namanya lebih banyak ditopang oleh kemampuan intelektual yang rasional. Dalam kasus al-Quran sebagai mukjizat nabi Muhammad atas umatnya dapat dilihat dari segi keajaiban ilmiah yang rasional dan oleh karena itulah mukjizat al-Quran ini bias abadi sampai hari Qiamat.


Hikmah pembagian Mukjizat :
Imam Jalaludin as-Suyuthi, berkomentar mengenai hikmah pembagian mukjizat tersebut dimana beliau berpendapat bahwa kebanyakan maukjizat yang ditanpakkan Allah pada diri para nabi yang diutus kepada bani Israil adalah mukjizat jenis fisik. Beliau menambahkan hal itu dikarenakan atas lemah dan keterbelakangan tingkat intelegensi bani Israil.
Sementara, sebab yang melatarbelakangi diberikannya mukjizat rasional atas umat nabi Muhammad adalah keberadaan mereka yang sudah relative matang dibidang intelektual. Beliau menambahkan, oleh karena itu al-Quran adalam meukjizat rasional, maka sisi i’jaznya hanya bisa diketahui dengan kemampuan intelektual, lain halnya dengan mukjizat fisik yang bias diketahui dengan instrument indrawi.
Meskipun al-Quran diklasifikasian sebagai mukjizat rasional ini tidak serta merta menafikan mukjizat-mukjizat fisik yang telah dianugerahkan Allah kepadanya untuk memperkuat dakwahnya.


3. Perbedaan Mukjizat dengan Nabi-Nabi Sebelumnya


Ada beberapa perbedaan besar antara mukjizat Al-Quran dengan mukjizat para Nabi-nabi sebelumnya, antara lain :
a) Mukjizat Nabi sebelumnya bersifat fisik (hissiyah), maka habis sesuai dengan berlalunya zaman. Generasi setelahnya tidak lagi bisa menyaksikan mukjizat tersebut. Sementara Al-Quran adalah mukjizat yang terjaga, abadi dan berkelanjutan. Karenanya hingga hari ini masih banyak temuan-temuan tentang mukjizat Al-Quran.
b) Mukjizat Nabi-nabi sebelumnya terfokus pada 'penakjuban pandangan', sementara mukjizat Al-Quran mengarah pada 'pembukaan hati dan penundukan akal', karena itu daya pengaruhnya lama dan bertahan. Sementara mukjizat 'pandangan' kadang begitu mudah terlupakan.
c) Mukjizat Nabi sebelumnya di luar konteks isi risalah mereka dan tidak bersesuain, karena fungsinya utamanya hanya untuk menguatkan kenabian atau membuktikan bahwa mereka adalah utusan Allah SWT. Contoh : menghidupkan orang mati, tongkat menjadi ular, tidak ada hubungan langsung dengan isi kitab Taurat dan Injil. Sementara Al-Quran benar-benar mukjizat yang bersesuaian dan menguatkan isi risalah kenabian.


4. Bidang Mukjizat Al-Quran


Mukjizat al-Quran terdiri dari berbagai macam segi mukjizat, antara lain :


A. Segi bahasa dan susunan redaksinya ( I'jaz Lughowi)
Sejarah telah menyaksikan bahwa bangsa Arab pada saat turunnya al-Quran telah mencapai tingkat yang belum pernah dicapai oleh bangsa satu pun yang ada didunia ini, baik sebelum dan sesudah mereka dalam bidang kefashihan bahasa (balaghah). Mereka juga telah meramba jalan yang belum pernah diinjak orang lain dalam kesempurnaan menyampaikan penjelasan (al-bayan), keserasian dalam menyusun kata-kata, serta kelancaran logika.
Oleh karena bangsa Arab telah mencapai taraf yang begitu jauh dalam bahasa dan seni sastra, karena sebab itulah al-Quran menantang mereka. Padahal mereka memiliki kemampuan bahasa yang tidak bias dicapai orang lain seperti kemahiran dalam berpuisi, syi’ir atau prosa (natsar), memberikan penjelasan dalam langgam sastra yang tidak sampai oleh selain mereka. Namun walaupun begitu mereka tetap dalam ketidakberdayaan ketika dihadapkan dengan al-Quran.


B. Segi isyarat ilmiah ( I'jaz Ilmi)


Pemaknaan kemukjizatan al-Quran dalam segi ilmiyyah diantaranya :
1) Dorongan serta stimulasi al-Quran kepada manusia untuk selalu berfikir keras atas dirinya sendiri dan alam semesta yang mengitarinya.
2) Al-Quran memberikan ruangan sebebas-bebasnya pada pergulan pemikiran ilmu pengetahuan sebagaimana halnya tidak ditemukan pada kitab-kitab agama lainnya yang malah cenderung restriktif.
3) Al-Quran dalam mengemukakan dalil-dalil, argument serta penjelasan ayat-ayat ilmiah, menyebutkan isyarat-isyarat ilmiah yang sebagaiannya baru terungkap pada zaman atom, planet dan penaklukan angkasa luar sekarang ini. Diantaranya adalah :
a. Isyarat tentang Sejarah Tata Surya .
Allah SWT berfirman : “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’: 30).
b. Isyarat tentang Fungsi Angin dalam Penyerbukan Bunga
Allah SWT berfirman : “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al-Hijr: 22)
c. Isyarat tentang Sidik Jari manusia
Allah SWT berfirman : “ Bukan demikian, Sebenarnya kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna" . (QS Al-Qiyamah 4)


Catatan : Banyak buku yang sudah di tulis mengenai masalah Keajaiban Ilmiah Al-Quran, ada yang menyebutnya dengan Mukjizat Ilmiah, dan ada pula yang membuat bahasan lain dan menyebutnya dengan Tafsir Ilmiah. Beberapa ulama berbeda pendapat tentang tafsir Ilmiah, khususnya jika yang terjadi adalah memaksakan ayat-ayat Quran untuk koheren dengan teori-teori ilmiah hasil penelitian manusia. Rujuk kembali perbedaan seputar ini dalam kitab : Bagaimana berinteraksi dengan Al-Quran (Kaifa nata'amal ma'al quran) -Dr.Yusuf Qaradhawi.


C. Segi Sejarah & pemberitaan yang ghaib (I'jaz tarikhiy)


Surat-surat dalam al-Quran mencakup banyak berita tentang hal ghaib. Kapabilitas al-Quran dalam memberikan informasi-informasi tentang hal-hal yang ghaib seakan menjadi prasyarat utama penopang eksistensinya sebgai kitab mukjizat. Diantara contohnya adalah:


1. Sejarah / Keghaiban masa lampau.
Al-Quran sangat jelas dan fasih seklai dalam menjelaskan cerita masa lalu seakan-akan menjadi saksi mata yang langsung mengikuti jalannya cerita. Dan tidak ada satupun dari kisah-kisah tersebut yang tidak terbukti kebenarannya. Diantaranya adalah: Kisah nabi Musa & Firaun, Ibrahim, Nabi Yusuf, bahkan percakapan antara anak-anak Adam as.


2. Kegaiban Masa Kini
Diantaranya terbukanya niat busuk orang munafik di masa rasulullah. Allah SWT berfirman : Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.(QS. Al-Baqoroh: 204)
3. Ramalan kejadian masa mendatang
Diantaranya ramalan kemenangan Romawi atas Persia di awal surat ar-Ruum.


D. Segi petunjuk penetapan hukum ( I'jaz Tasyri'i)


Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan tak mungkin dicari penyebabnya selain bahwa al-Quran adalah wahyu Allah, adalah terkandungnya syari’at paling ideal bagi umat manusia, undang-undang yang paling lurus bagi kehidupan, yang dibawa al-Quran untuk mengatur kehidupan manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Meskipun memang banyak aturan hukum dari Al-Quran yang secara 'kasat mata' terlihat tidak adil, kejam dan sebagainya, tetapi sesungguhnya di balik itu ada kesempurnaan hukum yang tidak terhingga.


Diantara produk hukum Al-Quran yang menakjubkan dan penuh hikmah tersebut antara lain :
a. Hukuman Hudud bagi pelaku Zina, Pencurian, dsb (QS An-Nuur 2-3)
b. Hukuman Qishos bagi Pembunuhan ( QS Al-Baqoroh 178-180)
c. Hukum Waris yang detil (QS An- Nisa 11-12)
d. Hukum Transaksi Keuangan dan Perdagangan.(QS Al-Baqoroh 282)
e. Hukum Perang & Perdamaian. (QS Al-Anfal 61)
f. Dan lain-lain


Aspek-Aspek Kemukjizatan Alquran


Para ilmuan tidak sepakat kata dalam menentukan aspek-aspek kemukjizatan dalam Al-Qur’an. Sebahagian mereka ada yang meneliti kemukjizatan Al-Qur’an hanya pada aspek kebahasaan dan gaya bahasanya, ada juga yang hanya mengkaji pada aspek petunjuk yang menujuk jalan kebahagiaan kepada manusia, juga ada yang hanya melihatnya sebagai pembawa berita ghaib yang tidak boleh ditanggapi akal fikiran, dan ada yang mendalaminya daripada aspek penciptaan alam semesta. Oleh kerana itu, banyak yang menyampaikankan hingga sepuluh aspek, malah ada sebagian lainnya menambah lebih banyak lagi daripada itu. Kami mencoba meringkasnya sebaik mungkin sehingga semua pendengar dapat mudah mengingat bahwa begitu indahnya mempelajari lebih dalam tentang semua hal yang diterdapat di dalam Al-Qur’an.


Kemukjizatan dari segi Bahasa


Gaya bahasa yang digunakan Al-Quran berbeda dengan gaya bahasa yang digunakan oleh orang-orang Arab, gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum dan terpesona. Walaupun Al-Quran menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya, namun kalimat demi kalimat mengandung unsur sastra yang sangat baik, namun tetap mudah dipahami tanpa mengurangi sedikitpun kandungan misteri di dalamnya. Hal tersebut karena keistimewaan aspek gaya bahasa yang digunakan oleh Al-Quran.


Bahkan, Umar bin Abu Thalib pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun. Dengan menggunakan penafsiran yang bersifat fleksibel dan penyampaiannya secara deskriptif membuat Al-Qur’an dikenal sebagai pengobat kegundahan.


Kemukjizatan dari segi Susunan Kalimat


Kendati Al-Qur’an, hadis qudsi dan hadis nabawi sama sama keluar dari mulut nabi, namun uslub atau susunan bahasanya jauh berbeda. Gaya bahasa Al-Qur’an lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan dua lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu indah dan mengandung nilai-nilai istimewa dan tidak akan pernah ada pada ucapan manusia. Dalam Al-Qur’an banyak mengandung ayat berupa tasybih(penyerupaan) yang disusun dalam bentuk yang mempesona dan bahkan jauh lebih indah dari apa yang dibuat oleh penyair dan sastrawan.


Kemukjizatan dari segi Pengetahuan


Tujuan utama Al-Qur’an al-Karim adalah untuk memandu dan memimpin tingkah laku manusia. Karena itu, dakwah dan panduan Al-Qur’an muncul dalam berbagai bentuk dan cara. Apabila kita meneliti tujuan dan metode Al-Qur’an dalam perbincangannya kita dapati banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan alam semesta termasuk langit, bumi dan diri manusia. Al-Quran memuat berbagai aspek ilmu pengetahuan yang merupakan penopang kehidupan manusia di muka bumi ini, baik itu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ibadah, hukum-hukum maupun ilmu pengetahuan lainnya yang berhubungan dengan alam, seperti bidang ilmu alam, matematika, astronomi dan banyak lainnya. Kemudian juga dijelaskan oleh firman Allah;


“Dan Dialah yang telah menciptakkan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Q.S. Al-Anbiyaa’: 33)


Kemukjizatan dari segi Hukum Ilahi yang Sempurna


Al-Qur’an al-Karim mengandungi segala sistem yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupan mereka. Al-Qur’an juga menjelaskan pokok-pokok akidah, norma,-norma keutamaan, sopan satun, undang-undang ekonomi politik, sosial kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah. Dengan itu, manusia akan memperolehi ketenangan, kedamaian dan keselesaan hidup di dunia. Tentang akidah, Al-Qur’an mengajak umat manusia pada akidah yang suci dan tinggi, yaitu beriman kepada Allah Yang Maha Agung dan menyatakan adanya nabi dan rasulnya. Sedangkan dalam bidang undang-undang, Al-Qur’an telah menetapkan mengenai perdata, pidana politik dan ekonomi serta hubungan internasional, Al-Qur’an juga telah menetapkan dasar-dasar yang paling sempurna dan adil, baik dalam keadaan damai maupun perang.





Kemukjizatan dari segi Perkara Ghaib


Aspek ini berkaitan dengan janji pasti dari Allah. Seseorang tidak akan pernah tahu mengenai apa yang terjadi di masa yang akan datang kecuali terdapat keterangan melalui wahyu Allah. Hal tersebut sebagaimana yang Allah firmankan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk memenangkan agama Islam dan menjadikannya di atas semua agama. sebagaimana Allah berfirman,


“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya di atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (Q.S. Al-Taubah: 33)


Dan telah dijelaskan pula dalam surat Yunus ayat 92: “ Maka pada hari ini Kami selamatkanlah badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda tanda kekuasaan Kami”. Tidak seorangpun mengetahui hal tersebut karena terjadi sekitar 1.200 tahun S.M. Berita berita gaib tersebut terdapat pada wahyu Allah, yakni Turat, Injil dan Al-Qur’an. Banyak yang dibuat takjub oleh mukjizat dikarenakan akal manusia tidak smapai kepada hal hal tersebut.


. Kemukjizatan dari segi Keserasian dalam setiap Kandungan


Al-Quran sebagai kalamullah memiliki keserasian di dalam setiap kandungannya, baik yang lahir maupun bathin, tanpa ada sedikitpun pertentangan di dalamnya. Allah SWT berfirman,


“Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran? Seandainya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka akan mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya,” (Q.S. Al-Nisa: 82).


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Al-Quran memiliki kefasihan, yang membuatnya unik dan istimewa. Yang dimaksud dengan kefasihan tersebut adalah Allah menyebutkan dua perkara, dua larangan, dan dua kabar gembira dalam satu ayat. Sehingga membuatnya serasi satu sama lain, saling menopang, saling mengisi, sehingga terdapat keseimbangan makna.





KESIMPULAN





Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa i’jazul Qur’an merupakan bagian terpenting dari Ulumul Qur’an, karena i’jazul Qur’an berfungsi sebagai pembawa kebenaran, bahwa al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw adalah murni dari Allah SWT dan tidak ada unsur-unsur apapun yang bisa menandingi arti dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an walau satu ayat sekalipun. Bahkan seorang pakar pujangga sastra, ahli dalam seni bahasa Arab, dan kita yang mengimani Al-Qur’an tidak boleh mengingkari kemurnian yang terkandung didalamnya.


Al-Qur'an merupakan Mukjizat terbesar yang Allah turunkan sebagai pedoman hidup umatnya. Kita tahu bahwa setiap Nabi yang diutus oleh Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap apa yang disampaikan oleh nabi.


Aspek-aspek kemukjizatan Alquran yang dipandang sangat penting meliputi: (1) as-Sharfah, (2) Keindahan bahasa, (3) Ketelitian Redaksi, dan (4) Kandungan isinya.


Jika seseorang peneliti objektif mencari kebenaran Al-Qur’an dari aspek manapun yang ia sukai, ia akan temukan kemu’jizatan itu dengan jelas dan terang melalui tiga macam kadar kemukjizatan yaitu kemukjizatan bahasa, kemukjizatan ilmiah dan kemukjizatan tasyri’(penetepan hokum)





No comments:

Post a Comment

 
back to top