Tuesday, May 28, 2019

I’JAZUL QUR’AN

0 Comments


I’JAZUL QUR’AN


Oleh : Khoirul Muhtadin


ملخص


فِيْ هَذَا الْمَوْضُوْعِ ، سَأُفَصِلُ فِيْ مَسْأَلَةِ أِعْجَزِ الْقُرْأَنِ ، كَمَا مَعْلُوْمًا اَنَّ مُعْجِزَةَ الْقُرْاَنَ خَالِدَةٌ . مُخْتَلِفٌ بِمُعْجِزَاتِ الرّسُوْلِ لِبَنِي اِسْرَائِيْلِ المَضِيَّةَ ، كَنَاقَةِ صَالِحٍ عَلَيْهِ السَّلَمَ وَعَصَا مُوْسَى عليه السلم كَانَتْ حَسِيَّةً تُشَاهِدُ بِالْأبْصَارِ ، َانَّ مُعْجِزَةَ الْقُرْان تُشَاهِدُ بِالبَصِيْرَةِ . معجزة القران مستمرة الى يوم القيمة ، و خرقة العادة في اسلوبه وبلاغته وإخباره بالمغيبات وظهر في اشارة العلمية و كمال في تشريع. وكثير من كتب الكتب في مسألة الأعجز القران ، كالإعجاز اللغوي والبياني في القرآن الكريم لعلي بن نايف الشحود ، و الإتقان في علوم القرآن لعبد الرحمن بن الكمال جلال الدين السيوطي ، و إعجاز القرآن للشيخ صالح بن عبد العزيز آل الشيخ ، و إعجاز القرآن الباقلاني لأبو بكر محمد بن الطيب بن محمد بن جعفر بن القاسم و غير ذلك .


مفتاح النص : اعجز , معجزة , اشا رة العلمية


PENDAHULUAN


Agama Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam. Islam mengajarkan cinta kasih terhadap sesama mahluk, juga mengajarkan tentang kebijaksanaan. Semua tata aturan dalam Islam bersumber dari kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan secara berangsur-angsur kepada penutup para Nabi dan Rasul, Muhammad saw, selama kurang lebih 23 tahun lamanya.


Al-Quran mengajak untuk mempelajari ilmu ilmu kealaman, matematika, filsafat, sastra dan semua ilmu pengetahuan yang dapat dicapai oleh pemikiran manusia. Al-Quran menganjurkan mempelajari ilmu-ilmu itu untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Memang, Al-Quran menyeru untuk mempelajari ilmu-ilmu ini sebagai jalan untuk mengetahui Al-Haq dan realitas, dan sebagai cermin untuk mengetahui alam, yang di dalamnya pengetahuan tentang Allah mempunyai kedudukan paling utama.


Al-Qur’an adalah kitab pedoman bagi orang-orang yang mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab samawi yang terjaga keasliannya. Didalamnya terkandung nilai mu’jizat yang agung. Al-Qur’an menjadi mu’jizat nabi Muhammad saw yang kekal, karena nilai mu’jizat didalamnya tidak akan pernah terkalahkan oleh siapapun, sampai kapanpun dan dimanapun tempatnya.


Al-Qur’an juga terjaga dari pertentangan didalamnya, semuanya itu merupakan bukti bahwa Al-Qur’an itu memang benar kalam Allah swt. Lalu bagaimana kita dapat mengetahui kemu’jizatan Al-Qur’an mengingat kemu’jizatannya berbeda dengan mu’jizat rasul-rasul terdahulu yang bersifat indrawi.


Disini penulis melakukan kajian pustaka dan beberapa artikel yang terkait dengan masalah I’jaz Al-Qur’an untuk mempermudah mengetahui kemu’jizatan Al-Qur’an bagi para pembaca, dalam masalah I’jaz tentunya dibutuhkan banyak informasi-informasi terbaru sebagai bukti bahwa Al-Qur’an itu tetap sejalan dengan perkembangan zaman.


HASIL DAN PEMBAHASAN


PENGERTIAN


I’jaz berasal dari kata ‘ajaza yang berarti lemah atau melemahkan, kata I’jaz Al-Qur’an, mengandung arti: pengokohan Al-qur’an sebagai sesuatu yang mampu melemahkan berbagai tantangan untuk mnciptakan karya sejenis. Dengan demikian, Al-Qur’an sebagai mu’jizat bermakna bahwa Al-Qur’an merupakan sesuatu yang mampu melemahkan tantangan menciptakan karya yang serupa dengannya.


Mu’jizat adalah suatu kejadian yang diluar dari kebiasaan dengan disertai dengan tantangan, namun tantangan tersebut tidak mungkin dapat dipenuhi.


Jadi, mu’jizat Al-Qur’an adalah perkara yang menjadikan Al-Qur’an melemahkan golongan yang memusuhi atau menantangnya. Sebagai bukti bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah bukan syi’ir atau sihir nabi Muhammad saw, sebagaimana yang dituduhkan orang – orang kafir kepada beliau.


Semenjak munculnya usaha para ulama untuk menyingkap tabir kemukjizatan Al Quran belum ada kata sepakat tentang unsur apa yang mengandung I’jaz. Perbedaan pendapat ini bisa diklasifikasikan menjadi dua golongan besar. Golongan pertama memandang adanya unsur eksternal yang menjadikan Al Quran tidak dapat ditandingi. Sedangkan golongan kedua memandang bahwa semua segi kemukjizatan Quran berasal dari kandungan Al Quran itu sendiri.


Golongan pertama dipimpin oleh Abu Ishak Ibrahim ibn Sayar An-nazham. Dalam pandangan golongan ini sebenarnya orang Arab mampu untuk membuat tandingan al qur’an, namun Allah telah memalingkan mereka dari usaha rivalitas dengan mencabut pengetahuan dan rasa bahasa yang mereka miliki. Inilah yang dalam istilah mereka biasa disebut dengan sharfah.


Sementara itu Abu Hasan Ali ibn Isa Al-Rumani seorang tokoh besar mu’tazilah yang juga mendukung pendapat ini memahami makna sharfah sedikit berbeda dengan pemahaman An-Nazham. Menurutnya, sarfah adalah Allah melemahkan semangat umat manusia sehingga mereka tidak mempunyai keinginan menyusun suatu karya untuk menandingi Alqur’an.


Pendapat ini menurut Imam Suyuti adalah salah, berdasarkan Firman Allah surat al-Isra’ ayat ke 88.


قل لئن اجتمعت الانس والجن على ان يأتوا بمثل هذا القران لا يأتون بمثله ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا


(katakanlah: “sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya sekalipun mereka saling membantu satu sama lain )


Ayat ini menunjukkan bahwa mereka tidak mampu memenuhi tantangan, padahal kemampuan itu ada pada diri mereka. Jika kemampuan itu dirampas dari mereka, niscaya tidak ada faedah dari perkumpulan mereka itu, karena kedudukannya akan sama, dengan perkumpulan orang-orang mati. Dan ketidak mampuan orang-orang mati bukanlah merupakan sesuatu yang perlu dibesar-besarkan penyebutannya.


Sementara itu Az-Zarkasyi dalam Alburhan menolak pendapat ini dengan mengemukakan beberapa alasan sebagai berikut:


Firman Allah Swt dalam surat Al Isra’ : 88 memperlihatkan kelemahan bangsa jin dan manusia untuk menyusun karya besar yang sejajar dengan Al-Qur’an, jika Allah yang melarang mereka maka yang mu’jiz (melemahkan) bukanlah Al-Qur’an, tapi justru Allah sendiri. Padahal ayat tersebut menantang mereka menyusun karya sejajar dengan Alqur’an bukan untuk menandingi kebesaran Tuhan . Dan para pakar telah sepakat bahwa yang mu’jiz itu adalah Al-Qur’an.


Teori sarfah menyebabkan hilangnya kemukjizatan Al-Qur’an karena tidak ada lagi tantangan. Jika Al-Qur’an telah hilang segi kemukjizatannya, maka Al-Qur’an sendiri pun tidak lagi dianggap sebagai mukjizat.


Sedangkan golongan kedua terdiri dari ulama Ahl Assunnah, yang berpendapat sebagaimana pendapat Imam Suyuti dan Imam Az-Zarkasyi diatas, diantaranya Hamdun ibn Muhammmad ibn Ibrahim Alkhattabi, Muhammad ibn Atthayyib Abu Bakar Albaqilani, Abdul Qahir ibn Abdurrahman Aljurjani dan sederetan pakar dari golongan sunni lainnya. Walaupun mereka sepakat bahwa segi kemukjizatan Alqur’an tidak berasal dari faktor eksternal namun mereka berselisih pendapat dalam menentukan unsur pembentuk mukjizat Alqur’an. Apakah unsur pembentuk mukjizat itu berasal dari dimensi kebahasan, pemberitaan ghaibnya, isyarat-isyarat ilmiah ataukah petunjuknya bagi kehidupan umat manusia. Dan hal ini akan dijelaskan nanti tentang pendapat ulama’ seputar I’jazul Qur’an.


ASPEK – ASPEK MU’JIZAT AL – QUR’AN


Uslub


Dari sisi gaya bahasa yang dipakai Al-Qur’an menurut para pakar bahasa adalah memiliki nilai sastra yang tinggi, sampai kapanpun tidak akan ada satu orang saja yang mampu menyamai atau bahkan mengunggulinya.


Gaya bahasa Al-Qur’an merupakan keistimewaan sekaligus mu’jizat, gambaran kemu’jizatan dan keistimewaan gaya bahasa Al-Qur’an adalah sebagai berikut :


Serasi susunannya dan runtut kalimatnya


Sangat fasih


Kisah – kisah dalam Al-Qur’an


Bisa difahami oleh segala lapisan


Sempurna ungkapannya


Penggambaran dengan sindiran, dan lain lain.


Tasyri’


Dari sisi penetapan hukum dapat dilihat bahwasannya hanya agama Islam yang memilki aturan atau tata tertib hukum yang sempurna. Baik dari hukum moral maupun hukum kenegaraan. Dari yang terkecil sampai taraf internasional telah dibahas dalam hukum Islam yang mana hukum – hukum tersebut bersumber dari Al-Qur’an.


Al-Qur’an dalam menyampaikan hukum-hukum taklifi (pembebanan) bersifat istimewa, yaitu dengan menerangkan manfaat, mudhorot, perintah, larangan dan kesunatannya, halal dan haram serta seluruh hukum-hukum yang ada. Hukum-hukum itu kemudian didudukkan sebagai ushul (pokok) dan furu’ (cabang) dalam ilmu fiqih dan cabang-cabangnya.





Mafatihul Ghoib


Allah berfirman :


وعنده مفاتح الغيب لايعلمها الا هو ويعلم ما في البر والبحر وما تسقط من ورقة الا يعلمها ولا حبة في ظلمات الارض ولا رطب ولا يابس الا في كتاب مبين


Dalam Al-Qur’an seperti yang tertera diatas dijelaskan bahwa kunci-kunci hal ghoib ( mafatihul ghoib ) itu ada pada Allah (QS. Al-An’am : 59), dan tidak ada yang mengetahui selain Allah. namun Allah telah memberikan sebagian berita – berita ghoib yang tertera dalam Al-Qur’an. Jadi Al-Qur’an itu memuat beberapa berita ghoib, yaitu suatu berita tentang peristiwa yang belum dan akan terjadi (saat ayat yang menuturkannya turun). Sebagi contoh :


surat Al-Fath ayat : 27


لقد صدق الله رسوله الرءيا باالحق لتدخلن المسجد الحرام ان شاء الله امنين ...


dalam ayat tersebut Allah member khabar bahwasanya orang-orang Islam pada suatu saat akan leluasa dating kemasjidil haram, dan hal tersebut telah terbukti setelah penaklukan kota makkah.


Ar-Rum : 03


غلبت الروم


Allah memberi kabar bahwasannya orang-orang Romawi dalam beberapa tahun kedepan akan menang setelah mereka dikalahkan oleh Persia. Hal ini terbukti kurang lebih Sembilan tahun setelah ayat ini turun dan membawa kebahagiaan bagi kaum muslimin, karena orang-orang Romawi adalah kaum yang memiliki kitab suci, sementara orang Persia adalah penyembah matahari.


At-Taubah : 33


هوالذي ارسل رسوله باالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون


Dalam ayat ini Allah member kabar gembira bahwa agama Islam akan diunggulkan daripada agama-agama lain dimuka bumi, dan sekarang bisa dirasakan bahwa agama penduduk dunia mayoritas adalah agama Islam, walaupun tipu daya orang-orang kafir tidak pernah berhenti untuk menghancurkan.


Berita ghoib dalam ayat tersebut sudah terbukti, sementara itu dalam surat Al-Qomar ayat 45, yang berkaitan dengan surat At-Taubah ayat 14, dan surat Al-Imron 111, yang memberikan kabar bahwa orang-orang kafir akan dikalahkan dengan jalan peperangan dan mereka tidak dapat berbuat banyak dibawah kekuasaan Islam. Dan berita ini akan kita tunggu kejadiannya atau kita tunggu saat yang tepat untuk membuktikan bahwa pertolongan Allah akan dating kepada umat Islam, sementara hinaan ditimpakan atas golongan kafir dan mereka tidak mendapat pertolongan.


Isyarat Sains


Pembahasan tentang mu’jizat Al-Qur’an yang paling menarik adalah dari sudut pandang ilmu pengetahuan atau sains. Dapat dipastikan bahwa Al-Qur’an akan tetap relevan dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi, bahkan perkembangan sains mengikuti Al-Qur’an, hal itu disebabkan karena hal – hal yang baru ditemukan dalam sains ternyata telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an.Al-Qur’an itu tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan sains modern, tidaklah diragukan lagi, Al-Qur’an sebagai kitab suci memiliki kemu’jizatan yang sejalan dengan ilmu pengetahuan dan sains modern.


Beberapa contoh berikut, seperti pembagian atom ( Yunus : 61), berkurangnya Oksigen (al-An’am : 125), kulit sebagai panca indra (An-Nisa’ : 56), geologi dan asal usul bumi (Al-Anbiya’ : 30), gunung sebagai pasak (An-Naba’ :7, An-Nazi’at : 32, An-Nahl : 15), tentang laut dan samudra (Ar-Rahman : 19, An-Nur : 40), dan astronomi (Al-Hadid : 25, Fussilat : 11). merupakan hasil penelitian ilmu pengetahuan atau sains modern tentang isyarat-isyarat Al-Qur’an yang mulia dibidang ilmu pengetahuan yang terus berkembang.


Pembagian Atom


Para ahli hingga abad kesembilan belas beranggapan bahwa bagian terkecil dari semua unsur adalah atom. Anggapan ini telah lewat beberapa abad silam, dan sejak beberapa puluh tahun yang lalu para cendikiawan mencurahkan perhatiannya terhadap masalah atom itu, dan akhirnya mereka berpendapat bahwa atom masih bisa dibagi-bagi. Mereka berpendapat bahwa atom mengandung unsur-unsur yang lebih kecil, yaitu Proton, Netron dan Elektron. Dalam Al-Qur’an telah disebutkan bahwa atom masih bisa dibagi, tertera dalam surat Yunus : 61


وما يعزب عن ربك من مثقال ذرة في الارض ولا في السماء ولا اصغر من ذلك ولا اكبر الا في كتاب مبين


“Tidak ada yang tersenbunyi daripada-Nya seberat zarrohpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata ( Lauhul Mahfudz ).


Kata “yang lebih kecil” dari atom dalam ayat Al-Qur’an itu berarti keterangan yang jelas tentang masih bisanya atom untuk dibagi. Dan kata “ ada di langit” menunjukkan bahwa cirri-ciri atom yang ada di bumi sama dengan atom yang ada di matahari, bintang dan planet.


Berkurangnya Oksigen


Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-An’am : 125


فمن يرد الله ان يهديه يشرح صدره للاسلام ومن يرد ان يضله يجعل صدره ضيقا كانما يصعد في السماء كذلك يجعل الله الرجس على الذين لا يؤمنون


“Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam, dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak dan sempit, seolah-olah ia sedang mendaki kelangit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”


Ayat ini telah mengisyaratkan bahwa semakin tinggi keberadaan seseorang, dalam arti menjauh dari bumi, maka dadanya akan semakin sesak. Dan ayat ini telah menunjukkan isyaratnya sebelum masalah tentang kekurangan oksigen terjadi sebagaimana yang dialami para cendikiawan pada awal ditemukannya pesawat terbang.


Kulit Sebagai Panca Indra


Firman Allah surat An-Nisa’ ayat 56 :


ان الذين كفروا باياتنا سوف نصليهم نارا كلما نضجت جلودهم بدلناهم جلودا غيرها ليذوقوا العذاب ان الله كان عليما حكيما


"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kulit mereka hangus, Kami ganti mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. " (QS an-Nisa : 56)


Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Allah akan mengganti kulit orang-orang yang di siksa didalam neraka dengan kulit yang baru. Kenapa harus kulit, ternyata karena kulit dan bagian-bagiannya adalah bagian yang dapat merasakan. Allah menjelaskan agar orang – orang kafir tersebut merasakan siksa.


Gunung Sebagai Pasak


والجبال اوتادا


"Dan gunung gunung sebagai pasak" (QS anNaba'. 7)


Ayat diatas menunjukkan secara jelas bahwa gunung-gunung itu sebagai pasak bumi. Gunung yang ada di benua dan di samudra menurut para ahli memiliki perbedaan dari pembentukannya, tetapi keduanya memiliki persamaan yaitu keduanya memiliki akar. Akar akar tersebut berfungsi sebagai perekat atau penyokong kerak bumi agar tidak terjadi guncangan dipermukaan. Dan ini menunjukkan kecocokan dengan ayat di bawah ini.


والقى في الارض رواسي ان تميد بكم ...


"Dan Dia menancapkan gunung gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu. " (QS an-Nahl : 15)


Astronomi


Dalam bidang astronomi Al-Qur’an juga telah mengisyaratkan, seperti contohnya ayat berikut ini :


... وانزلنا الحديد فيه بأس شديد ومنافع للناس ...


"Dan Kami meurunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia. " (QS al-Hadid: 25)


Dahulu para ahli tafsir mengartikan kata انزلنا dengan arti menciptakan, tetapi kata yang cocok sebagai arti dari ayat tersebut adalah menurunkan. Dan ini menjadi isyarat bahwa besi bukan berasal dari bumi. Hal ini sesuai dengan penemuan para ahli, bahwa terciptanya unsur-unsur besi adalah dengan kadar panas yang tinggi. Bahkan besi tersebut tidak mungkin bersal dari matahari, karena panas matahari belumlah cukup untuk membentuk unsur besi.


Ayat lain yang mengisyaratkan tentang astronomi yaitu tentang asal kejadian cosmos atau alam semesta:


ثم استوى الى السماء وهي دخان فقال لها وللارض ائتيا طوعا او كرها قالتا اتينا طائعين


"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu : Keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa, keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati. " (QS Fushshilat : 11)


Dalam ayat ini diisyaratkan bahwa sebelum terbentuk keadaan langit dan bumi adalah berupa asap atau gas, pernyataan ini selaras dengan pendapat atau teori tentang nebula atau kabut. Walaupun ada ayat lain yang mendukung teori ledakan atau big bang, sehingga bila disimpulkan kejadian alam semesta ini pada mulanya adalah gas cair dengan masa yang rendah sehingga memadat dan memanas dan meledak. Lalu terbentuklah jagad raya ini dengan seizin Allah swt.





PENDAPAT – PENDAPAT SEPUTAR I’JAZUL QUR’AN


Setelah para ulama’ sepakat bahwasannya kemu’jizatan Al-Qur’an itu karena dzatnya, serta tidak seorangpun yang sanggup mendatangkan sesamanya, maka pandangan ulama’ berbeda-beda dalam meninjau segi kemu’jizatannya itu seperti dibawah ini :


Sebagian ulama’ berpendapat bahwa segi kemu’jizatan adalah sesuatu yang terkandung dalam Al-Qur’an itu sendiri, yaitu susunan yang asing berbeda dengan susunan orang Arab dan prosanya, baik dalam permulaannya, suku kalimatnya maupun dalam komanya.


Sebagian yang lain berbendapat bahwa segi kemu’jizatan itu adalah terkandung dalam lafadz-lafadznya yang jelas. Redaksinya yang bersastra dan susunannya yang indah, karena Al-Qur’an sastranya termasuk tingkat yang tinggi yang tidak ada bandingannya.


Ulama’ lain berbendapat bahwa kemu’jizatan itu karena Al-Qur’an itu terhindar dari adanya pertentangan serta mengandung arti-arti yang lembut dan hal-hal ghoib diluar kemampuan manusia dan diluar kekuasaan mereka untuk mengetahuinya seperti halnya Al-Qur’an bersih dan selamat dari pertentangan dan perselisihan pendapat.


Ada lagi yang berpendapat bahwa segi kemu’jizatan Al-Qur’an adalah karena adanya keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-keindahan yang menarik yang terkandung dalam Al-Qur’an baik dalam permulaan, tujuan maupun dalam menutup setiap surat.Pendapat yang diyakini mereka adalah sebagai berikut :


Jelas dalam lafadz atau bunyi


Bersastra dalam arti, dan


Bentuk susunan yang indah.


Keempat pendapat diatas semuanya tidak keluar dari satu lingkaran, yaitu lingkaran ilmu bayan yang menjadi keistimewaan Al-Qur’an. Pendapat ini meskipun benar, namun kemu’jizatan Al-Qur’an itu bukan hanya terdapat pada kejelasan dan kesastraannya saja, tetapi ada lagi segi-segi lain yang bisa menimbulkan kemu’jizatannya, seperti yang telah diterangkan diatas.


Ada lagi yang mengumpulkan perbedaan pendapat tentang masalah ini dengan pembagian sebagai berikut :


Al I’jaz al-Balaghi an-Nadhmi, yang menitikberatkan pada segi keindahan bahasa dan susunan Alqur’an serta ketepatan pemilihan kosa katanya.


Al I’jaz Attasyri’iy, corak ini mengetengahkan kemukjizatan Alqur’an dalam dimensi petunjuknya bagi kehidupan manusia.


Al I’jaz al ‘Ilmi, dalam corak ini kita dibawa untuk menggali penemuan-penemuan baru melalui isyarat-isyarat ilmiah Alqur’an.


Al I’jaz Al‘adady, corak ini menampilkan keajaiban-keajaiban yang terkandung dalam bilangan-bilangan yang disebutkan oleh Alqur’an.


Serta masih banyak corak–corak lain yang akan terus bermunculan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dari aneka macam pendapat yang dikemukakan para ulama diatas, muncul sebuah pertanyaan unsur apa yang sebenarnya membentuk kemukjizatan Al-Qur’an? Atau corak manakah yang kita pilih? Bolehkah kita membatasi segi kemukjizatan Al-Qur’an? Dalam menyikapi permasalahan ini Syekh Muhammad Mutawalli As Sya’rawy menulis : “Jenis mukjizat yang dikandung oleh Al-Qur’an pada tiap-tiap generasi berbeda antara satu dengan yang lain. Hal tersebut dikarenakan kitab suci ini turun untuk semua umat manusia dan tidak terbatas pada suatu bangsa tertentu, karena ia adalah petunjuk yang universal. Setiap generasi tidak boleh vakum dari unsur kemukjizatan Al-Qur’an. Jika hal ini terjadi, maka generasi-generasi selanjutnya akan kehilangan segi kemukjizatannya”.


Berdasarkan pendapat Syekh Sya’rawy diatas dapat kita ambil pelajaran sebagai berikut :


Kemukjizatan alqur’an abadi sampai generasi terakhir.


Segi kemukjizatannya berbeda pada setiap generasi, dalam arti tidak terbatas pada unsur atau corak tertentu saja.


Kurang bijaksana jika kita membatasi kemukjizatan alqur’an pada satu dimensi saja.


Oleh karena itu silang pendapat antar pakar islam dalam menentukan dimensi kemukjizatan alqur’an hanyalah perbedaan sudut pandang saja. Semua pendapat dapat diterima dan saling melengkapi.


KESIMPULAN


Kebenaran Al-Qur’an adalah kebenaran haqiqi, didalamnya terkandung nilai mu’jizat yang bersifat kekal. Karena selalu seirama dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Sains Modern. Kemu’jizatan Al-Qur’an dapat diketahui oleh orang-orang yang pandai, namun kemu’jizatan Al-Qur’an dan sentuhan – sentuhan ilahinya dapat dirasakan oleh semua orang.


Bukti – bukti yang ditampakkan Al-Qur’an membawa dampak pada agama Islam, yaitu Islam memang agama yang benar. Aspek mu’jizat Al-Qur’an diantaranya meliputi gaya bahasa, tasyri’, berita ghaib, dan isyarat – isyarat Sains. Dan bukti-bukti kebenaran tersebut yang telah ditemukan membawa isyarat bagi para cendikiawan muslim untuk terus melakukan kajian dan penelitian supaya ditemukan mu’jizat baru bagi Islam. Dari pembahasan diatas dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :


Al-Qur’an adalah bagian dari mukjizat yang Allah berikan kepada para nabi sebagai bukti kebenaran risalah yang dibawanya.


Mukjizat para nabi terdahulu bersifat material inderawi dan tidak kekal, sementara mukjizat Al-Quran bersifat immaterial atau inderawi dan abadi.


Tantangan Al-Qur’an tidak terbatas pada suatu bangsa, masa dan tempat.


Macam-macam segi kemukjizatan Al-Qur’an tidak bisa dibatasi, dan pertentangan yang terjadi antar ulama dalam hal ini dapat saling melengkapi


Teori sharfah tidak dapat diterima dengan tangan terbuka karena teori ini dapat mengaburkan makna kemukjizatan Al-Qur’an.


DAFTAR PUSTAKA


Imam Jalaludin As-Suyuthi, “Ulumul Qur’an “, terj. “ Al-Itqon Fi Ulumil Qur’an”, penerjemah : Tim Editor Indiva, Surakarta : Indiva Pustaka, 2009


Abdul ‘Adziem Alzarqani, “ Manahil Al‘Irfan fi ‘ulum Al qur’an ”, Cairo: Dar Al Ihya Al kutub Al Arabiyah, Ttp


Imam Az-Zarkasyi, “ Alburhan fi Ulum Alquran “, beirut, maktabah al‘ashriyah, Ttp


Muh. Mutawalli Al Sya‘rawi, Mu‘jizat Al qur‘an, Cairo: Akhbar Al yaum, Ttp


Muhammad bin Alawi al-Maliki, “ Mutiara Ilmu – Ilmu Al-Qur’an”, terj. “ Zubdah Al-Itqon Fi Ulumil Qur’an ”, penerjemah : Drs. Rosihon Anwar, M.Ag, Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999


___________, “ al-Qowaid al-Asasiyah Fi Ulumil Qur’an “. Makkah : Maktabah al- Malik Fahd al- Wathoniyah Itsna’a an-Nasr, 1419 H


___________, “ Keistimewaan Al-Qur’an ”,terj. “ Fadhail al-Qur’an ”.penerjemah : Nur Faizin, S.Ag, Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2001


H. Muh. Quraish Syihab dkk, “ Sejarah & Ulum Al qur‘an “, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999


Drs. Samsul Munir, MA., “ Mukjizat Al-Qur’an Tentang Arkeologi ”, Wonosobo : LP3M Unsiq, 2011


Syaikh Muhammad Aly as-Shabuny, “ Al-Tibyan Fi Ulumil Qur’an “, Jakarta : Dar el-Kutub al- Islamiyah, 2003


Sholahuddin Arqeh Dan, “ Mukhtashor Al-Itqon Fi Ulumil Qur’an “, Beirut : Dar An-Nafaes, 2004


Abdullah M. al-Rehaili, “ Bukti Kebenaran Al-Qur’an ”,terj “ This is The Truth, Newly Discovered Scientific Focts Revealed in the Quran & Authentic Hadeeth ”,penerjemah : Purna Sofia Istianati. Yogyakarta : PADMA, 2003


Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i,“ Mengungkap Rahasia Al-Qur’an ”, cet. IX terj “Al-Qur'an fi Al-Islam ”, penerjemah : A. Malik Madaniy dan Hamim Iiyas., Bandung : Mizan, 1997


Mohammad Aly Ash-Shabuny, “Pengantar Studi Al-Qur’an”,terj. At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an”.penerjemah : Drs. M. Chudlori Umar dan Drs. M. Matsna H.S., Bandung : Al Ma’arif, 1996





Maktabah Syamilah Ishdar, Versi 3.15

No comments:

Post a Comment

 
back to top